ERDHIKA MORNING IDEA 24 JUNI 2021
View PDF
24 Jun 2021

Virus Corona Merajalela, Presiden Putuskan Untuk Tidak Lockdown


Kenaikan kasus Covid-19 di Indonesia masih terus meningkat. Bahka kini sudah melebihi 10.000 untuk rata-rata selama 14 hari dari sebelumnya yang hanya berkisar di 5000. Kenaikan yang cukup signifikan dan membuat kekhawatiran investor akan dampak dari kenaikan kasus ini kembali meningkat yang menyebabkan indeks pada perdangan hari ini (23/6/2021) cenderung mengalami pelemahan yang cukup tajam di akhir perdagangan sesi 2. Kalau kita lihat dari porsi net sell yang terjadi pada hari ini, untuk net foreign sell atau asing cenderung lebih sedikit dibandingkan dengan domestiknya. Artinya apa? artinya disini kita dapat melihat bahwa kekhawatiran tertinggi disini lebih kepada investor domestik yang khawatir akan lonjakan kasus yang terjadi serta terganggunya domestic recovery economy yang hingga kini masih terus berjalan. Jika kita lihat kebelakang beberapa bulan lalu, dari awal tahun 2021 data ekonomi indonesia terus membaik, meskipun untuk pertumbuhan ekonomi kuartal 1 2021 masih cenderung terkontraksi, namun untuk ekspor-impor, neraca perdagangan, penjualan eceran, hingga inflasi sudah terlihat ada perbaikan. Untuk data impor dan penjualan eceran sendiri terakhir pada bulan Mei terjadi kenaikan yang cukup signifikan, yang menandakan bahwa kegiatan manufaktur domestik serta tingkan konsumsi masyarakat secara domestik ada sudah ada peningkatan jika dibandingkan dengan tahun lalu diperiode yang sama. Kenaikan impor juga sempat menjadi katalis positif bagi pasar akan pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal 2 2021 yang cenderung membaik dan akan tumbuh positif sejalan dengan proyeksi Bank Indonesia dan Ibu Sri Mulyani. Namun, optimisme tersebut kini berubah menjadi rasa khawatir para investor akan lonjakan kasus yang cukup signifikan yang nantinya mungkin bisa saja mengganggu jalannya kegiatan ekonomi pada periode ini. Beberapa daerah mulai kembali menerapkan kebijakan pembatasan sosial guna meminimalisir penularan. Pembatasan ini menurut kami tentu sedikit banyak akan berpengaruh terhadap data ekonomi pada bulan ini yang akan rilis pada bulan depan terutama yang berkaitan dengan tingkat konsumsi masyarakat. Ditambah lagi pada dua bulan lalu, membaiknya data ekonomi domestik juga dikarenakan adanya momentum ramadhan dan lebaran idul fitri yang menjadi faktor kenaikan dari konsumsi masyarakat, sehingga wajar apabila pada bulan Juni ini proyeksi kenaikan data ekonomi domestik meskipun meningkat namun tidak akan sesignifikan seperti dua bulan lalu ketika ada momentum khusus. Selain karna faktor domestik, faktor lain yang mempengaruhi pergerakan indeks yaitu proyeksi The Fed selaku bank sentral US yang memproyeksikan pertumbuhan ekonomi US berjalan lebih cepat dari proyeksi awal seiring dengan terus berjalannya program vaksinasi guna menurunkan kurva penyebaran kasus Covid-19 disana, meskipun demikian The Fed mengatakan bahwa saat ini meskipun Tingkat Inflasi di US cukup tinggi, namun kenaikan inflasi tersebut bisa dibilang bersifat sementara atau hanya temporary. Sehingga The Fed tidak akan terburu-buru untuk melakukan tapering ataupun perubahan kebijakan moneter terkait suku bunga. Ditambah lagi gejolak pasar secara global akibat pandemi ini masih tidak menentu, sehingga menurut kami akan menjadi dmapak yang buruk apabila The Fed melakukan perubahan kebijakan moneter atau tapering dalam waktu dekat ini, baik dampak untuk US secara khusus ataupun global secara umunya. Isu taper tantrum yang mereda membuat pelaku pasar lebih tenang memborong aset-aset berisiko. Sebaliknya, aset aman (safe haven) seperti obligasi pemerintah AS menjadi tidak menarik karena mengalami penurunan yield. Namun, meredanya katalis negatif dari negeri paman sam nampaknya belum bisa membuat IHSG kembali ke zona hijaunya. Katalis negatif akan lonjakan kasus Covdi-19 didomestik lebih mendominasi pasar sehingga indeks masih bergerak melemah. Untuk hari Kamis (24/6/2021) ada beberapa indikator ekonomi yang akan rilis dan dapat mempengaruhi pergerakan indeks, sehingga perlu diperhatikan oleh investor yakni rilisnya loan growth atau pertumbuhan kredit di Indonesia yang sebelumnya masih tumbuh negatif yakni -2,28% akibat dampak dari pandemi Covid-19 yang kemungkinan akan terjadi kenaikan meskipun tidak signifikan. Kemudian dari US akan rilis GDP Price Index secara kuartal untuk Q1, GDP Growth rate Q1 (QoQ), serta klaim angka pengangguran US dengan proyeksi yang membaik dari sebelumnya. rilisnya data-data tersebut menurut kami nantinya akan mempengaruhi pergerakan ketiga indeks utama US yakni Dow Jones, S&P 500 dan Nasdaq, serta regional dan Indonesia.





PT. Erdikha Elit Sekuritas | Member of Indonesia Stock Exchange
Gedung Sucaco lt.3 Jalan Kebon Sirih kav.71

Jakarta Pusat 10340, Indonesia

Website : www.erdikha.com